Ketika kemunafikan mulai bersemi tanda2nya adalah logika anda akan terbalik-balik. Seperti merasa berbuat kebaikan padahal yang dilakukan adalah keburukan. Kian terpuruk ketika sama sekali anda tidak menyadari. Anda, pada posisi yang buruk merasa benar, dan disana, pada posisi yang benar akan anda pandang sbg orang-orang bodoh. Salah tulis & salah ucapan mudah diralat, tetapi celakalah bila anda salah berfikir. Susah diralatnya karena anda tidak tahu bahwa anda tidak tahu itu salah. Banyak premis kemunafikan merusak kejernihan pikiran, misal hak azasi manusia yang salah satu pengejawantahannya adalah kebebasan berekspresi. Benarkah kebebasan berekspresi mengangkat harkat derajat manusia? Sesungguhnya ketika ekspresi itu dimutlakkan melekat pada kebebasan yang terjadi adalah hedonisme.
Demokrasi - yang makna paling essensialnya adalah Kedaulatan diTangan Rakyat, tak usah dipercaya bahwa kedaulatan tersebut benar2 real-fact ada di tangan rakyat. Pemilu sbg momentum sakral demokrasi kenyataannya adalah games of issues semata, yang paling canggih mengemas issue dialah pendulang suara terbanyak. Mass Medialah ujung tombak pengemasan issue dengan cara menarik, manipulatif dan membius. Lalu siapa para pemegang tombaknya? yang jelas bukan rakyat itu sendiri melainkan segelintir orang dengan kekuatan penuh dan ambisi tertentu. Amerika contoh ironis demokrasi itu sendiri, disana sangat dijamin kebebasan untuk berpendapat tapi sama sekali tak mencerminkan kedaulatan rakyat sedikitpun karena issuenya sendiri - dimana rakyat memberikan pendapat terhadapnya sudah diputar balikan. Demokrasi Amerika adalah kedaulatan pemilik kapital dimana dengan bermodalkan penguasaan atas mass media sedemikian mencengkeram membuat aspirasi orisinal rakyat lenyap ditelan bumi. Demokrasi dibelahan dunia lainnya bisa saja adalah kedaulatan para birokrat atau partai politik yang telah mencekoki rakyatnya dengan issue2 membius.
Intinya adalah, bahwa konotasi kedaulatan harus mutlak. Namun manusia tak bisa digiring kepada kemutlakan seperti itu sekalipun oleh rezim diktator sebengis hitler atau stalin. Potensi alamiah manusia adalah berbeda kepentingan dan mendahulukan kepentingannya sendiri sebelum orang lain. Oleh karena itu konsepsi2 karya pemikiran manusia seperti HAM atau demokrasi tersebut sejatinya yang terjadi adalah manipulasi sistemik. Hypokritas pemikiran. Menganggap itu baik padahal hakekatnya adalah merusak. Bagaii lipatan gaun menampakan sebagian dan menyembunyikan sebagian yang lain. Waspadalah. Waspadalah.
Hanya Allah yang berhak dan memiliki kapasitas kedaulatan, zero kepentingan apapun atas manusia. Alhaqqu min robbika falaa takuunanna minal mumtariin. (Moengky Melyudha)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar